Bismillahirrahmanirrahim...
Ingin aku sampaikan salam penuh cinta, dalam dekapan ukhuwa penuh rindu, untuk Septi sahabat sekaligus adiku yang telah mengajarkan banyak hal. Hari Jum’at, 09 Oktober 2015 adalah hari yang dipilih Allah, Allah panggil Septi untuk kembali menghadap-Nya. Ya memang setiap usia manusia Allah yang memegang, akupun hanya menunggu giliran.
Ingin aku sampaikan salam penuh cinta, dalam dekapan ukhuwa penuh rindu, untuk Septi sahabat sekaligus adiku yang telah mengajarkan banyak hal. Hari Jum’at, 09 Oktober 2015 adalah hari yang dipilih Allah, Allah panggil Septi untuk kembali menghadap-Nya. Ya memang setiap usia manusia Allah yang memegang, akupun hanya menunggu giliran.
Di
usia septi yang mudah (Lahir: 04 Mei 1996) mampu mengajarkan banyak hal. Ku
dengar dari banyak orang, mereka sangat kehilangan akan kepergianmu. Bahkan ada
dari mereka yang tak mengenalmu secara langsung tapi ikut serta kehilangan,
karena mereka banyak mendengar kebaikanmu dari orang-orang yang mengenalmu,
kata mereka “…sosokmu menginspirasi”.
Ibnul-Mu’taz berkata: “Orang yang dekat terasa jauh karena permusuhan, sementara orang yang jauh terasa dekat karena cinta dan kasih sayang” mungkin saja mereka terbiasa akan Cinta dan Kasih sayang yang telah engkau tanamkan kepada semua orang yang melakukan pertemuan denganmu.
Ku tulis rangkaian kata di malam ke dua setelah kepergianmu, namun kau masih ada di lubuk hati, jejak kenang senyum dan kebaikanmu masih tersimpan kuat dalam sanubari.
Ibnul-Mu’taz berkata: “Orang yang dekat terasa jauh karena permusuhan, sementara orang yang jauh terasa dekat karena cinta dan kasih sayang” mungkin saja mereka terbiasa akan Cinta dan Kasih sayang yang telah engkau tanamkan kepada semua orang yang melakukan pertemuan denganmu.
Ku tulis rangkaian kata di malam ke dua setelah kepergianmu, namun kau masih ada di lubuk hati, jejak kenang senyum dan kebaikanmu masih tersimpan kuat dalam sanubari.
“Mbak, Septi mau
belajar dewasa…”
Justru Septi yang
mengajarkan akan kedewasaan, mengajarkan akan kesabaran, mengajarkan akan
kekuatan, megajarkan akan keikhlasan dan mengajarkan bahwa cepat atau lambat
kita semua akan kembali kepada pemiliknya yaitu, Allah SWT.
Septi hebat, pandai
menebarkan kasih sayang kepada setiap orang, lihat saja kepergianmu menyisahkan
kasih sayang yang terkenang dihati setiap orang.
Sulit sekali
menahan air mata ini, jujur ku merasa sangat kehilanganmu, Sep. Sudah ku coba
menjadi tegar menahan deraian air mata bahkan mencoba menjadi “sok tegar”. Ku
rasa ini adalah tangisan kasih sayang, tangisan cinta dalam dekapan ukhuwa yang
menderai rindu. Saat air mata berlinang dan hati berduka ku hanya bisa
mengucapkan doa, semoga Allah menjadikanmu bidadari penghuni surga. Insyaallah
khusnul khatimah.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Karunia Allah yang
harus ku syukuri, Allah telah menghadirkan Septi dalam hidupku. Alhamdulillah
syukurku untuk-Mu ya Allah. Bersama syukurku, kutuliskan sepenggal cerita
kebersamaan denganmu, Septi.
I remember the day we first met
Septi yang meneruskan
peran ku menjadi dandru, saat yang lain memilih tidak mengangkat tangan,
berbeda dengan Septi yang berani mengangkat tangan.
“Nanti ajarin ya
mbak…”. Iya Sep, disini kita sama-sama belajar, jawabku berusaha untuk
meyakinkannya.
Teman seperjuangan
satu kelompok Diklatsar, satu kepengurusan dalam Tim AMK juga satu perjuangan
dalam dak’wah untuk peradaban.
Galeri
fotoku-Video TS
|
Masihku ingat moment dibalik photo ini, Sabtu
pagi atau Ahad pagi adalah hari yang kita pilih untuk melakukan olahraga
bersama.
Running
in black white shoes
|
Kita memandang birunya langit sambil menghela
nafas dalam-dalam, hangat matahari ikut serta dalam kebersamaan kita,
subhanallah nikmatnya karunia Allah. Kini langit telah mengabarkanku bahwa “setiap
pertemuan akan ada berpisah”. Tidak selamanya hitam akan berdampingan dengan
putih, begitu juga sebaliknya, Putih tidak selamanya akan berdampingan dengan
Hitam karena ditempat yang lain sangat mungkin warna itu akan mampu
berdampingan bersama warna lain yang lebih Indah.
“ Bikin Photo kebersamaan kita yuh..”
I remember the day we first me
|
Berawal dari pertemuan kita, lalu kita menjalin kebersamaan hinggga hadirlah persahabatan yang menanamkan kesetiaan.
Kata Septi ini salam Kesetiaan
|
Katamu ini namanya salam kesetiaan, klo kataku “Ini mah salam persahabatan”.
“salam kesetiaan..” katamu sedikit memaksa.
“klo keduanya saling menarik, akan saling menguatkan & semakin sulit dipisahkan”.
Salam persahabatan juga benar, Seep. Karena salam ini sering dilakukan oleh kedua orang sahabat.
- Photonya
masih mbak simpan Sep, akan slalu berusaha mbak simpan.
Mengukir jejak langkah kaki
|
Photo ini kita maknai “ Dalam perjalanan hidup
akan ada pertemuan, lama atau singkat pertemuan bergantung pada arah dan
tujuan. Semakin sama arah dan tujuan, semakin lama pertemuan”.
Perbedaan Menyatukan kita
|
Kataku
disitu, katamu disana, seringkali kita berbeda pendapat. perbedaan itu yang menyatukan kita untuk memilih "satu" menjadi sama.
Kita Menghadap ke arah yang sama
|
Akhirnya kita menghadap dan menunjuk ke arah yang
sama
Jika sudah begitu, timbullah Cinta, karena Cinta hadir dalam kesamaan dan kebersamaan.
Septi telah menebarkan Cinta ke semua orang.
Hingga semua orangpun terkesan akan Cintamu.
Sampai kucingpun ingin ikut serta dalam
kebersamaan kita, lihat saja ia ikut bergaya bersama bayangnya.
kita menghadap nampan yang sama |
Semakin berderai
air mata, saat ku scrolling chat WA bersamamu. Bayang mu begitu dekat. Saat ku
buka chat room seperti ada harapan notification (new message) darimu. Air mata
menyadarkan ku kalo Septi sudah tidak ada, Septi sudah meninggalkanku untuk
selamanya. Masih seperti mimpi rasanya, aku menyayangimu, tetapi
ternyata Allah lebih sayang padamu, inilah takdir Allah. Kita hanya bersama di
dunia sampai disini, secepat itu rasanya, meski Septi sudah pergi (dari Dunia),
Septi tetap dihatiku selamanya. tenang
di sana ya Septi, sayang.
Semoga Allah
memberikanmu tempat terindah disisi-Nya.
“Septi kepoh deh…”
“Gpp, kan bukti
kasih sayang..” jawabnya sambil sedikit ngeledek.
Septi sering tanya
ini itu, yang katanya “itu adalah bentuk kasih sayang”.
Kini aku kehilangan kasih sayang itu…
(Banyak pertanyaan ini, itu darimu)
Kini aku kehilangan kasih sayang itu…
(Banyak pertanyaan ini, itu darimu)
Mbak mau? Mbak Skrg lagi apa???
|
Mbak Lagi apa? |
dah selesai terawihnya?
|
Kmna kbar nya mbak?? lagi apa mbak skarang? Acara apa mbak? |
Aku merindukan kepoh
mu, Sep. kepoh yang katamu adalah bentuk kasih sayang.
Kebiasaan ku
adalah mengenalkan kawan kepada ibu, kali ini aku mengenalkan sosok baikmu
kepada ibu.
“…ana photoe
beli? Pengen weru raie…”
Ada photonya
gak? Pengen tau wajahnya, tanya ibu waktu itu.
Saat ku perlihatkan
photo kita berdua yang menjadi DP WA Septi.
“Mirip pi…” Respon ibu setelah memandangi photo kita berdua.
Ternyata, respon yang sama ketika Septi memperlihatkan photo yang sama
kepada mamanya.
Nama nya adek kk ya mirip
|
“Kata mama Tya juga mirip mbak, hehehe nama nya adek kk ya mirip, hehe”.
Senyummu terekam begitu indah, Sep.
Tentang tutorial hijab.
“Mbak kerudungnya Rapi, Septi
klo kya gt cocok gk ya mbak…?”
Make kerudung kaya gimanapun
kamu cocok, Cantik. yang penting
jgn ngilangin esensi sar'i nya.
Sempat ada rencana “Orang Indramayu main ke Aceh, Orang Aceh main ke
Indramayu”.
Nyatanya manusia hanya bisa berencana, yang berkehendak adalah Allah.
Semoga Allah kasih kesempatan kita bertemu di Indamayu dan Aceh, Syurga.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Miss u so much |
Apatis itu sifat yang tidak ada pada diri Septi |
salah satu fungsi kawan adalah saling mengingatkan |
Matahari kian menyembunyikan sinarnya...
ku dengar kabarnya ia sedang sakit, satu sakit yang lain ikut merasa. seperti itu rasanya saat ku dengar kabarnya "...Septi lagi sakit".
Aku masih ingat waktu itu, perjalanan Indramayu-Bandung dalam keadaan kaca jendela bus mengeluarkan embun, hujan sore menjadikan dingin ditambah dengan dinginnya AC mobil, membuat ku memilih untuk memalingkan pandangan dari jendelah ke arah layar hp, ku baca pesan darimu ku balas, lalu datang lagi pesan baru darimu, ku pun kembali membalas begitu seterusnya sampe tak terasa perjalanan yang terkadang sedikit membosankan menjadi sebuah perjalanan yang tak terasa membosankan.
Allah menghadirkanmu sebagai teman juga tempat ku berfikir "oh kaya gitu ya...", "oh ya bener kata septi...", "..aku gak boleh seperti itu...", masih banyak lagi pelajaran yang terkadang kita tidak mendapatkannya dari guru atau petua. Pelajaran itu alamiah dari apa yang kita lakukan dalam keseharian, bahkan dari hal yang terkadang kita kurang memperhatikannya.
Kabar yang kurang mengenakkan saat Septi ingin pulang ke Medan, malam itu adalah pertemuan terakhir kita. malam sebelum besoknya Septi pergi meninggalkan "-kisah kebersamaan".
Aku merasakan perbedaan Sep, yang waktu itu sempat membuat bertanya-tanya "kenapa jawaban Septi jadi lebih Simple?". Septi tidak memberi kabar jika tidak ditanya, ditanyapun Septi jawab seperlunya.
Siang itu perjalanan Bandung-Indramayu, berbeda dengan perjalanan yang sebelumnya. sempet aku membayangkan duduk berdampingan dengan jok bus yang sama denganmu.
ku dengar dari umi (ibunda Septi), Septi sudah pamit mau maen ke Indramayu. "Mama, Lebaran idul adha, Tya pulang ke Indramayu ya maa". Iya boleh, ati-ati ya. baik-baik disana. umi menambahkan ceritanya..
Aku semakin terharu mendengar cerita itu.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Suara Hilal (Adik laki-laki Septi) pagi itu menambah hatiku semakin menderuh, sulit sekali menahan tetesan air mata.
"...Mbak Opii, Kaka Tya udah gak ada. Kakak Tya udah pergi, mbak Opi doain kakak Tya yaa..."
dengan polosnya bocah kecil itu menjelaskan kepergianmu, Sep.
Tak terasa malam kian larut, suara-suara usil tikus menyadarkanku rupanya si tikus mengabarkanku bahwa "Setiap kita akan kembali kepada pemiliknya yaitu, Allah. apakah yang sudah kau persiapkan??"
Sebelum ku menutup layar chat room WA ku bersama Septi. Rupanya ini chat terakhir kita Sep.
Tertanggal October 2, 2015.
Allah menghadirkanmu sebagai teman juga tempat ku berfikir "oh kaya gitu ya...", "oh ya bener kata septi...", "..aku gak boleh seperti itu...", masih banyak lagi pelajaran yang terkadang kita tidak mendapatkannya dari guru atau petua. Pelajaran itu alamiah dari apa yang kita lakukan dalam keseharian, bahkan dari hal yang terkadang kita kurang memperhatikannya.
Kabar yang kurang mengenakkan saat Septi ingin pulang ke Medan, malam itu adalah pertemuan terakhir kita. malam sebelum besoknya Septi pergi meninggalkan "-kisah kebersamaan".
Aku merasakan perbedaan Sep, yang waktu itu sempat membuat bertanya-tanya "kenapa jawaban Septi jadi lebih Simple?". Septi tidak memberi kabar jika tidak ditanya, ditanyapun Septi jawab seperlunya.
Siang itu perjalanan Bandung-Indramayu, berbeda dengan perjalanan yang sebelumnya. sempet aku membayangkan duduk berdampingan dengan jok bus yang sama denganmu.
ku dengar dari umi (ibunda Septi), Septi sudah pamit mau maen ke Indramayu. "Mama, Lebaran idul adha, Tya pulang ke Indramayu ya maa". Iya boleh, ati-ati ya. baik-baik disana. umi menambahkan ceritanya..
Aku semakin terharu mendengar cerita itu.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Suara Hilal (Adik laki-laki Septi) pagi itu menambah hatiku semakin menderuh, sulit sekali menahan tetesan air mata.
"...Mbak Opii, Kaka Tya udah gak ada. Kakak Tya udah pergi, mbak Opi doain kakak Tya yaa..."
dengan polosnya bocah kecil itu menjelaskan kepergianmu, Sep.
Tak terasa malam kian larut, suara-suara usil tikus menyadarkanku rupanya si tikus mengabarkanku bahwa "Setiap kita akan kembali kepada pemiliknya yaitu, Allah. apakah yang sudah kau persiapkan??"
Sebelum ku menutup layar chat room WA ku bersama Septi. Rupanya ini chat terakhir kita Sep.
Tertanggal October 2, 2015.
The last Chat... |
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Umi menguatkanku, "...sudahlah Pii berdoa saja untuk kebaikan Septi. Semoga, Septi khusnul khatimah". Terimakasih telah mengenalkan sosok umi kepadaku. aku tidak mau mengakhiri silahturahmi ini begitu saja. meski Septi tlah tiada semoga sosok Umi, Bapak dan Hilal menjadi penambah hikmah akan pertemuan kita. Selamat Jalan Septi,
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Aku masih menangis, namun bukan lagi bersedih karena kehilangan Septi, terlebih karena menangisi diri yang satu ini. akan seperti apakah diri ini mengakhiri hidupnya??
Umi menguatkanku, "...sudahlah Pii berdoa saja untuk kebaikan Septi. Semoga, Septi khusnul khatimah". Terimakasih telah mengenalkan sosok umi kepadaku. aku tidak mau mengakhiri silahturahmi ini begitu saja. meski Septi tlah tiada semoga sosok Umi, Bapak dan Hilal menjadi penambah hikmah akan pertemuan kita. Selamat Jalan Septi,
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anhaa”.
Aku masih menangis, namun bukan lagi bersedih karena kehilangan Septi, terlebih karena menangisi diri yang satu ini. akan seperti apakah diri ini mengakhiri hidupnya??
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku
ke dalam golongan orang-orang yang saleh”
(Q.S. Asy-Sy’araa: 83).
semoga kelak dipertemukan di surga-Nya yaa..
BalasHapussemoga kelak dipertemukan di surga-Nya yaa..
BalasHapusAamiin allahuma Aamiin
Hapus